Senja hari ini menyimpan seribu cerita, hembusan angin menjadi saksi bersama dengan daun-daun kering yang berjatuhan. Siapa yang tahu kisah gadis berusia 18 tahun itu, sudah tiga jam lebih ia duduk dibawah pohon pinggir danau. Matanya begitu teduh penuh makna disetiap pandangannya. Laurie namanya, mahasiswa disalah satu universitas kota Jambi, terlahir dari keluarga yang berkecukupan dan taat agama, sejak kecil ia di didik oleh kedua orang tuanya agar menjadi anak yang sholehah. Gadis yang mandiri tak suka merepotkan orang-orang disekitarnya kecuali ia memang benar-benar tak bisa menyelesaikan masalahnya sendiri. Sama halnya saat ini ia tak bisa menyelesaikan masalahnya sendiri tapi ia juga tidak bisa meminta bantuan terhadap orang lain, karena ini adalah masalah hati. Saat ini ia benar-benar gundah, tak tahu harus bagaimana ia tak tahu harus menceritakannya kepada siapa, karena ia selalu tertutup tentang masalah hatinya. Ia selalu terbayang-bayang akan wajah tampan itu, salah satu teman dikelasnya, jantungnya selalu berdetak kencang lebih dari biasanya saat wajah tampan itu terlintas dalam pikirannya. Sejak pertama kali bertemu ia merasa ada yang berbeda bahkan ia tak tahu apa yang sedang ia rasakan hingga saat ini.
Hampir enam bulan ia memendam perasaannya sendiri tak ada seorang pun yang tahu akan perasaannya sahabat dekatnya pun sama sekali tak tahu, ia lebih percaya dengan secarik kertas dari pada harus cerita dengan teman ataupun sahabatnya. Sejak berumur delapan tahun ia selalu melakukan kebiasaan itu, jika ia sedang ada masalah ataupun ia sedang menginginkan sesuatu ia selalu menuliskannya di buku diary miliknya bahkan hingga saat ini.
Tanpa sadar sudah empat jam ia duduk di pinggir danau sendirian, ia sama sekali tak berfiir untuk pulang, karena memang ia tak ada jadwal kuliah lagi hari ini, dan ia memutuskan ingin mengahbiskan senjanya dipinggir danau yang sejuk itu.
Berdosa kah aku memikirnnya??salahkah aku bila mengaguminya??aku tak tahu apa yang aku rasakan saat ini, yang pasti aku hanya merasa nyaman dan bahagia jika melihatnya tersenyum, aku bahagia bisa satu kelas dengannya semester ini, bisa kah aku memilikinya?? Dia adalah laki-laki yang tampan, sopan, dewasa, cool, dan pintar, dia sangat aktif saat belajar dikelas, bahkan dia selalu menjadi pusat perhatian temen-temen cewek dikelas. Aku tahu ini mungkin hanya mimpi tapi rasanya aku tak ingin bangun dari mimpi ini. Aku hanya cahaya redup yang ada disekitarnya.
Gadis itu mulai bangkit dari tempat duduknya bergegas pulang ke kostnya yang tak jauh dari danau. Della teman sekamarnya telah menunggu ia sejak tadi, berniat untuk mengajaknya makan diluar malam ini.
“ lo dari mana aja sih??kok jam sgni baru pulang??”
“ tempat biasa” jawaban Laurie yang sangat singkat
“ udah gua tebak..udah buruan mandi sana.. setelah itu makan diluar”
“hmmmmmmm”
“nihh anakk kenapa sihh” gumam Della
Laurie meniggalkan Della begitu saja tak ingin mendengarkan ocehan teman sekamarnya itu. Della adalah teman pertamanya di kosan ini, mereka satu universitas namun beda fakultas dan jurusan, mereka bertemu saat sama-sama cari kos-kosan, akhirnya jadilah mereka ngekost ditempat yang sama dan dikamar yang sama pula.
Sambil jalan menuju tempat biasa mereka makan, Laurie hanya diam sepanjang jalan, Della pun heran dibuatnya
“ ri, lo kenapa sihh, kok dari tadi diem mulu?? Lo lagi ada masalah ya??”
“ enggak kok dell, gua lagi gak ada masalah..Cuma lagi gak mood aja..”
“ lagi banyak tugas??”
“ mmmm..lumayan..”
“ kalau ada apa-apa cerita aja ama gua..”
“ iyah dell, thanks yahh..”
Mereka kembali terdiam hingga sampai di cafe tempat mereka biasa makan. Della langsung memesan makanan, ia memesankan makanan yang sama untuk Laurie. Sambil menunggu pesanan tiba mereka berdua hanya asyik dengan smartphonenya masing-masing. Lima menit kemudian pesanan mereka pun tiba, mie ayam bakso dengan minuman es teh, itu adalah menu andalan mereka jika mereka sedang malas masak sendiri. Tanpa banyak basa-basi Della langsung melahap makanannya begitu pula Laurie yang terlihat sangat lapar.
“ ri .. lo lapar banget yahh??”
“ iyahh Dell, gua lapar banget..”
“iyahh gua tahu lo lapar banget, tapi gak gitu juga kali ri makannya, kayak orang gak makan berminggu-mingu aja”
“hehehheh”
Laurie hanya tersenyum lebar saat ditegur dengan sahabatnya Della. Saat moodnya buruk hanya satu cara agar moodnya kembali baik, yaitu dengan makan, setelah makan moodnya pasti akan kembali baik, sedikit aneh sih, tak banyak orang yang mengalami hal yang sama dengannya. Awalnya Della juga cukup kaget setelah mengetahui tentang moodnya Laurie yang seperti itu.
Keesokan harinya, pukul 06:30 Laurie telah rapi dengan pakaiannya untuk berangkat ke kampus, hari ini ia ada kelas pagi, ia merasa agak gugup karena akan bertemu laki-laki itu lagi dikelas Farel Najmi Himullah namanya, Laurie biasa memanggilnya Farel. Hanya beberapa orang yang baru berada dikelas, Nadia pun belum ada di kelas ( salah satu teman Laurie dikelas ). Belum sempat Laurie mengirim pesan lewat WA Nadia sudah berada didepan pintu kelas.
“ pagiii Lauri..”
“ pagii Nadiaa..tumben hari ini datang cepatt”
“ hehe.. tadi malam tidurnya agak cepat jadi bangunnya pagi dehh..” khas dengan senyum lebarnya Nadia
“ tiap malam aja begitu biar gak kesiangan mulu” balas Laurie khas dengan senyum manisnya
“ hehe.. iyah iyahh..”
Beberapa menit kemudian Farel datang dan langsung duduk disebelah Nadia, jantung Laurie tiba-tiba berdetak lebih kencang, pagi ini ia dapat senyuman lagi dari Farel, detak jantungnya semaki kencang. Teman-teman yang lainpun mulai berdatangan, pas pukul 07:00 pak Dion masuk kelas, dosen mata kuliah pagi ini. Perkuliahan pun dimulai hingga nanti pukul 08:40.
Farel selalu dikelilingi teman-teman perempuan dikelasnya, terkadang itulah yang membuat Laurie seperti kunang-kunang yang punah, terlalu banyak yang menyinari Farel, meski ia selalu berusaha untuk menyinari Farel tetap saja ia tak akan terlihat. Ia sama sekali tak pernah berani mendekati Farel seperti teman-teman perempuan dikelasnya, ia tak terbiasa. Melihat senyum Farel dari kejauhan saja sudah cukup baginya.
Setelah selesai kelas pagi ini Laurie berencana untuk langsung pulang ke kost, karena jadwal kuliah haru ini hanya satu saja. Saat ia ingin berjalan keluar kelas ..
“ Laurie...” langkahnya langsung terhenti ia sangat hafal itu suara siapa.. Farel..
“ mmm...iyahh ada apa Farel??”..dug..dug..dug,.
“ aku Cuma mau minjam catatan kamu yang barusan”
“ohhh iyahh ini bukunya..” Laurie langsung menyodorkan buku miliknya..
“ oke.. Thanks..”
Belum sempat Laurie menjawab Farel langsung pergi begitu saja. Laurie hanya memandangi setiap langkah Farel yang barusan meninggalkannya.
“ Tuhan.. mengapa engkau ciptakan manusia setampan dia” gumamnya dalam hati
Laurie pun segera bergegas pulang, karena hari ini ia ada janjimau hangout bareng Della di mall. Ia yakin Della telah menunggumnya dikost.
“ Assalamualaikum..”
“ Waalaikumsalam..buruan siap-siap sana, gua udah siap dari tadi taukk..”
“ iyahh..iyahh sabarr Dell..”
Sepuluh menit kemudian Laurie telah siap dengan gamis ungu dan jilbab lavenderrnya.
“ gua udah rapi gak Dell..?”
“ iyahh lu udah cantik kok.. yukk buruan otw”
“ yukk”
Mereka pun segera otw dengan motor yang telah siap sedari tadi diparkir. Hari ini Laurie sebagai supir yang mengendarai motor tersebut. Diperjalanan mereka hanya diam, tak ada yang membuka percakapan, Laurie sengaja tak ingin mengajak Della ngobrol karena ia ingin menceritakan semua yang ia rasakan saat tiba di tempat mereka biasa hangout.
Akhirnya mereka berdua sampai disalah satu cafe Mall tersebut. Merekapu langsung duduk dan memesan makana dan beberapa cemilan.
“ Dell..gua mau cerita ma lu..”
“ cerita apa ri??cerita aja ..”
“ gua mau curhat, semua tentang perasaan gua selama ini”
“iyahh curhat aja ri, gua pasti bakal jadi pendengar yang baik ..”
“ sebenernya udah enam bulan ini gua suka ma temen gua di kelas namanya Farel, tampan, pinter, rajin, aktif, belum ada sisi buruk yang gua liat dari diri dia, cuek, cool. Kadang gua baper ma dia, tapi gua juga gak tahu gimana perasaan dia yang sebenernya ma gua Dell..”
“ lu sering chat an ma dia gak??..”
“ gak sering sih Dell, tapi akhir-akhir ada beberapa kali chat ma dia, tapi biasa aja sih”
“ri..menurut gua lu jangan terlalu berharap dulu ma Farel, gua takutnya ntarr di php in ma dia, yahh..gua tahu gimana perasaan lu tapi ya kita sebagai perempuan tuh juga harus jaga imej, jangan sampai ketahuan banget kalau kita berharap ma doi, sebisa mungkin lo sembunyiin perasaan lu dulu deh ri..”
“ mmmm...gitu yahh Dell, gua bakal berusaha sebisa mungkin nyembunyiin perasaan gua ma doi, dikelas banyak sih temen-temen cewek gua yang sering dekatin doi, lagian siapa sih yang tertarik ma doi..”
“ iyahh gua ngerti, tapi lo jangan sampai kayak temen-temen lu yang ganjen gitu yahh..”
“ iyahh Dell, yahh gak mungkin lah gua kayak mereka ..’
“ yahh baguss dehh kalau gitu..”
“ kok..rasanya aku seperti patah hati yah Dell..haha”
“ lu mah belum apa-apa udah patah hati duluan..”
“ ahh..udahlah ngmongin si doi, besok-besok aja lagi.. Tuhh makanannya udah otw ke meja kita..”
“ iyah deh ri..besok kalau ada apa-apa cerita aja ma gua , pasti gua dengerin dan kasih saran ma lu yang terlalu lugu..hehe”
“haha..gua tu sebenernya gak lugu Dell, Cuma kayak kurang pergaulan aja .. haha.”
Mereka berdua pun ngakak so hard sambil menikmati makanan pesanan masing-masing. Laurie merasa lebih lega setelah mengeluarkan isi hatinya yang selama enam bulan itu ia simpan sendiri. Terkadang ia berfikir kenapa ia bisa memiliki rasa kagum yang begitu berbeda terhadap Farel, padahal ia tahu semua sepert memeluk bayang-bayang ingin dengannya tak bisa. Ia mulai berfikir untuk mengubur dalam-dalam perasaannya terhadap Farel karena itu hanya impian semu baginya.
Setelah tiga jam berada dicafe tersebut mereka berdua memutuskan untuk pulang karena hari sudah semakin senja. Sepanjang perjalanan hati Laurie sangat tenang, dan sepertinya ia benar-benar ingin melupakan aemua tentang perasaanya terhadap Farel.
Seharusnya aku tidak punya seperti perasaan ini, karena aku tak pantas untuknya, dia sosok yang selalu di kagumi , sedangkan aku apa..aku hanyalah kunang-kunang yang punah yang tak lagi mampu menyinarinya karena sudah terlalu banyak lampu yang bersinar disekitarnya, aku hanyalah cahaya redup yang berharap dilirik olehnya.
Terima kasih.. Semoga menghibur..
silahkan komentar dan beri saran..